Bayangkan: Emirates Stadium bergemuruh, sorak sorai fans The Gunners menggema saat wasit meniup peluit akhir. Arsenal, yang sudah 20 tahun haus gelar Premier League, akhirnya mengangkat trofi itu.
Suara itu terdengar nyata musim ini, kan? Dengan 26 poin dari 11 laga, Arsenal duduk manis di puncak klasemen per 13 November 2025.
Tapi, tunggu dulu. Apakah Arsenal akan juara Premier League musim ini? Atau ini cuma ilusi manis sebelum badai Manchester City menerpa lagi?
Seperti musim-musim sebelumnya, The Gunners tampil dengan determinasi baru di bawah Mikel Arteta. Delapan kemenangan, hanya satu kekalahan, dan pertahanan yang lebih rapat dari benteng besi. Namun, Premier League tak pernah ramah pada mimpi.
Kita akan bedah satu per satu, dari performa hingga faktor penentu, untuk melihat apakah kali ini Arsenal benar-benar siap menulis sejarah.
Analisis Performa Arsenal Musim Ini

Musim 2025/26 ini, Arsenal bukan lagi tim yang rapuh di akhir musim. Mereka seperti mesin yang sudah di-tune ulang, konsisten, ganas, dan tak kenal lelah.
Statistiknya jelas, 20 gol dicetak dalam 11 pertandingan, rata-rata 1,8 gol per laga, dengan rekor home mencapai 2,4 gol.
Yang lebih mengesankan? Hanya lima gol kebobolan. Artinya, David Raya di gawang tampil seperti dinding tak tertembus, sementara lini belakang yang dipimpin William Saliba dan Gabriel Magalhães jadi pondasi kokoh.
Ingat kemenangan 5-0 atas Leeds United di bulan Agustus? Itu bukan kebetulan. Declan Rice, gelandang yang dibeli mahal musim lalu, kini jadi jantung tim. Mendikte tempo dengan 132 perebutan bola di lini tengah, plus kontribusi assist yang naik 30% dari musim sebelumnya.
Martin Ødegaard, meski sempat absen karena cedera, sudah kembali menyihir dengan visi passing-nya yang tajam.

Dan jangan lupakan Bukayo Saka, yang musim ini sudah mengoleksi delapan gol dan sembilan assist. Rotasi Arteta juga brilian: Kai Havertz bergantian dengan Gabriel Jesus di depan, memastikan kedalaman skuad tak pernah kering.
Bandingkan dengan musim 2024/25, di mana Arsenal finish runner-up lagi tapi keok di fase krusial karena kelelahan.
Kini, pressing tinggi ala Arteta lebih matang. Tim ini merebut bola rata-rata dalam 8,5 detik di area lawan, naik dari 10,2 detik musim lalu. Masalah? Serangan balik masih kadang lemah, terutama saat menghadapi tim parkir bus.
Tapi secara keseluruhan, ini Arsenal yang lebih dewasa. Peluang juara Arsenal di Premier League musim ini terlihat cerah, asal mereka jaga momentum ini.
Pesaing di Jalur Juara: City yang Bangkit, Liverpool yang Terpeleset

Premier League musim ini seperti arena gladiator. Setiap tim calon juara punya senjata mematikan, tapi juga celah yang bisa dieksploitasi.
Manchester City, runner-up dengan 22 poin, adalah ancaman terbesar. Pep Guardiola baru saja mengirim pesan keras: kemenangan 3-0 atas Liverpool akhir pekan lalu, dengan Erling Haaland mencetak dua gol dan Jeremy Doku menyumbang satu.
City punya +15 selisih gol sama seperti Arsenal, tapi lini serang mereka lebih eksplosif. 23 gol dari 11 laga.
Kelemahan? Tiga kekalahan awal musim menunjukkan skuad mulai menua; Rodri absen panjang karena cedera lutut, membuat lini tengah kurang solid.
Lalu ada Liverpool, yang kini tersungkur ke posisi kedelapan setelah kekalahan telak itu.
Arne Slot, pelatih baru, berjuang membangun identitas pasca-Klopp. Mereka menang lima laga beruntun di awal, tapi empat kekalahan berturut-turut belakangan ini—termasuk 0-3 dari City—mengungkap masalah mental.
Mohamed Salah masih tajam dengan 10 gol, tapi pertahanan bocor: 12 gol kebobolan. Rivalitas dengan Arsenal? Itu selalu dramatis, tapi musim ini, The Reds lebih mirip mangsa daripada predator.
Tottenham Hotspur, di posisi kelima dengan 18 poin, sangat patut diwaspadai. Ange Postecoglou bawa gaya menyerang total yang bikin Spurs cetak +9 selisih gol. Tapi, inkonsistensi mereka—kalah dari tim papan bawah seperti Burnley—bisa jadi senjata Arsenal.
Chelsea di posisi tiga (20 poin) juga naik daun berkat Enzo Maresca, tapi pengalaman minim di big match bikin mereka kurang tebal.
Sunderland keempat? Itu kejutan, tapi tak punya kedalaman untuk bertahan lama.

Dalam perebutan gelar, Arsenal unggul di konsistensi. Tapi, tekanan mental di papan atas ini seperti ujian api—satu slip-up, dan City bisa menyusul.
Apakah Arsenal siap bersaing?
Jawabannya ada di bagaimana mereka tangani rivalitas ini, terutama North London Derby mendatang.
Faktor Penentu: Jadwal Neraka, Cedera Licik, dan Mental Juara
Arsenal punya paruh musim yang padat: 23 November lawan Tottenham di Emirates, lalu Big Six clash melawan Chelsea 30 November, langsung disusul laga kandang oleh Brentford 3 Desember.
Januari nanti, kedatangan tamu dari Anfield jadi batu sandungan besar. Arteta pintar rotasi, tapi jeda internasional November ini bikin skuad lelah—apalagi dengan Champions League yang menyita energi.
Cedera? Itu bom waktu. Martin Ødegaard, kapten yang absen dua bulan karena masalah hamstring, diprediksi kembali tepat waktu untuk derby melawan Spurs.
Kabar baik, karena visi Norwegia itu krusial untuk membongkar pertahanan rapat.
Riccardo Calafiori, bek muda Italia, lagi-lagi absen karena cedera pinggul. Ia skip kualifikasi Piala Dunia dengan timnas. Kai Havertz juga diragukan setelah knock ringan di laga terakhir.
Bandingkan dengan City: Haaland fit prima, tapi Rodri out hingga Maret.
Liverpool? Virgil van Dijk mulai keropos usia. Arsenal untung punya kedalaman. Ethan Nwaneri atau Fabio Vieira bisa isi celah. Tapi rotasi harus tepat, atau kelelahan bisa hantam seperti musim lalu.

Yang sering luput? Mental juara.
Arteta, yang belajar dari dua runner-up finish berturut-turut, kini tanamkan pola pikir “kami pantas menang”.
Pengalaman musim lalu mengajarkan: jangan euforia di November, fokus hingga Mei. Mental ini pembeda antara kandidat dan juara.
Arsenal punya sejarah tragis. Inggris 2005, lalu puasa 20 tahun, tapi generasi Saka-Rice ini lapar. Jika mereka kuasai narasi “kami tak lagi anak magang”, gelar bisa jadi milik mereka.
Opini & Prediksi: Peluang Arsenal Juara Premier League Musim Ini
Jadi, apakah Arsenal akan juara Premier League musim ini?
Tidak ada jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ secaara mentah-mentah. Sepak bola terlalu liar untuk itu. Tapi, peluangnya nyata: 60% menurut model Opta terkini, didorong pertahanan terbaik liga dan serangan yang mulai mengalir.
Syaratnya? Konsistensi di big match, pulihkan Odegaard tanpa drama cedera baru, dan jaga ritme pressing tinggi tanpa burnout.
Arteta sudah ubah Arsenal dari tim transisi jadi contender sejati. Taktiknya mirip City versi 2018, dengan fokus build-up dari belakang dan transisi cepat.
Secara psikologis, ini tim yang haus balas dendam.
Musim lalu, mereka kalah di trek finis karena kurang pengalaman; kini, dengan Rice sebagai anchor dan Saka sebagai ikon, mentalnya lebih tangguh. Tapi, waspadai City, uardiola tak pernah menyerah, dan Haaland bisa hancurkan siapa saja di hari buruk.
Liverpool? Mereka bisa bangkit, tapi Slot butuh waktu. Tottenham dan Chelsea? Ancaman, tapi bukan finisher.
Skenario: Arsenal finis dengan 88 poin, unggul tipis dari City di 85. Bukan mimpi kosong, ini berdasarkan tren: delapan clean sheet dari 11 laga, plus rekor unbeaten di Emirates.
Tapi, sepak bola ajarkan kerendahan hati. Arsenal di Premier League musim ini seperti kuda balap favorit, unggul start, tapi trek panjang penuh rintangan.
Jika Arsenal mampu menjaga konsistensi hingga akhir musim, mungkin kisah indah itu akhirnya terwujud di Emirates. Gelar yang 20 tahun dirindukan, trofi yang buat fans menangis bahagia. Musim ini, jawabannya ada di lapangan.
